Senin, 03 Desember 2012

MENEMUKAN TUHAN DALAM RELASI DENGAN ALAM

Oleh: Angga Nofianto
Dok. Fr. Andre, CDD
“Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, ... “
(Ibr 11: 3)
***
            Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang memiliki derajat paling tinggi dibandingkan dengan ciptaan lainnya, karena manusia adalah citra dari Allah sendiri (bdk. Kej 1: 27). Sebagaimana ciptaan lainnya manusia juga terlahir dengan membawa panggilan hidupnya masing-masing. Panggilan hidup manusia tersebut terkait dengan jawaban iman manusia dari tawaran yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Allah memanggil manusia karena Ia mencintainya. Kita sebagai manusia ibarat tandon (tempat persediaan) air yang berisi penuh dengan air dan cinta diibaratkan dengan air itu sendiri. Air tersebut tidak akan berguna bila hanya disimpan saja, sebaliknya akan justru berguna dan dapat memberikan kehidupan bagi mahluk lain apabila dibagi-bagikan. Demikina pula dengan cinta, kita manusia dipenuhi oleh cinta yang diberikan oleh Allah sendiri dan cinta itu bukan untuk disimpan sendiri, melainkan untuk dibagi-bagikan kepada mahluk lain. Kita memiliki kemampuan untuk itu, untuk menyalurkan cinta kepada mahluk ciptaan Tuhan lainnya dalam arti alam semesta. Melalui anugrah kuasa yang diberikan Tuhan kepada kita (manusia) untuk berkuasa atas segala ciptaan-Nya (bdk. Kej 1: 26), kita dituntut pula untuk tidak semena-mena dalam mempergunakan seluruh ciptaan-Nya tersebut. Menguasai memiliki arti bahwa kita memiliki kewajiban untuk juga mengusahakan dan memelihara apa yang telah diciptakan oleh Tuhan tersebut (bdk. Kej 2: 15).
            Alam dan manusia kedua-duanya memiliki keterkaitan satu sama lain. Tanpa alam manusia akan mati. Melalui alam itu pula Allah menampakan kekuasaan-Nya. Allah yang menguasai dan menciptakan itu semua. Oleh karena itu, manusia sebagai salah satu ciptaan-Nya, yang memiliki derajat lebih tinggi dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain, dengan pikiran, kehendak bebas, dan akal budi diminta untuk turut memperhatikan dan memelihara alam yang ada. Kita sebagai manusia diminta kerjasamanya dengan alam demi terciptanya keharmonisan alam semesta. Akan tetapi, bila melihat banyaknya kasus-kasus yang banyak merugikan alam ini, seperti penebangan liar yang tidak bertanggung jawab, eksploitasi alam yang berlebihan, dan penggundulan hutan secara besar-besaran demi membuka lahan baru, seakan mengaburkan keharmonisan antara alam dengan manusia. Melihat situasi yang demikian, dengan semakin “menggilanya” manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, menjadikan terciptanya ketidakstabilan lingkungan alam yang ada. Banyak terjadi bencana alam dimana-mana, seperti kebakaran hutan, tanah longsor, dan bahkan banjir.
            Melihat situasi yang demikian kompleksnya, seakan-akan kita menjadi “buta” sehingga sulit sekali untuk menemukan kehadiran Allah melalui relasi kita dengan alam semesta. Banyak orang menjadi seakan acuh dan tidak peduli sama sekali terhadap kondisi alam kita ini. Sebagaimana manusia sendiri yang menghancurkan alam demikian juga seharusnya manusia sendiri yang mengembalika posisi alam seperti semula. Bukankah alam juga ingin seperti manusia yang terus berusaha mengembangkan kehidupannya? Akan tetapi, bagaimana lagi, kita seakan sudah benar-benar semakin terjerumus masuk ke dalam jurang yang gelap dan dalam, sehingga kita tidak bisa melihat apa-apa kecuali keserakahan dan keegoisan. Kita seakan tidak bisa melihat bagaimana alam ini sebenarnya juga mau untuk kita perhatikan. Alam sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan itulah yang seharusnya kita sadari. Dan hanya segelintir orang saja yang mampu dan mau untuk melihat dengan iman bagaimana pentingnya alam ini, karena mereka yang mampu dan mau itulah orang-orang yang bisa menemukan Tuhan dalam relasinya dengan alam semesta. Mereka yang dapat memahami dan mau untuk melakukan aksi nyata terhadap pelestarian lingkungan alam, itulah mereka orang-orang yang menghargai pentingnya kehidupan. Melalui usaha untuk melestarika lingkungan dan menjaga keharmonisan alam semesta, itulah yang menjadi bentuk bagaimana manusia bisa menemukan dan merasakan kehadiaran Tuhan di alam semesta ini. Merasakan dan menemukan kehadiaran Tuhan yang mencitai kita, dan sebagai wujud balasannya cinta akan alam juga berarti kita mencintai Tuhan, karena Tuhan sendirilah yang telah menciptakan alam ini. Dunia akan semakin hancur bila tidak ada tindakan penyelamatan yang dilakukan manusia sendiri.

“Semua di dunia akan hancur pertama-tama bukan oleh bom dan senjata kimia berbahaya melainkan oleh ketiadaan cinta akibat keserakahan manusia; pembabatan hutan, pengalih-fungsian hutan, menguras sumber daya alam”
(Bunda Teresa)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar