Oleh: Angga Nofianto
“Bagiku
doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur
dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”
(Santa
Teresia dari Anak Yesus)
Berbicara
tentang doa, pasti akan terlintas di pikiran kita tentang apa sebenarnya doa
itu? Dan mengapa seseorang membutuhkan yang namanya hidup doa? Orang-orang
selalu berdoa dalam suasana apa pun. Mereka selalu berdoa tatkala berada dalam
suasana bahagia atau pun sedih, tertimpa masalah atau perayaan/pesta, pada saat
kelahiran atau saat kematian, selama peperangan atau damai, di dalam mobil atau
di dalam Gereja, dalam keadaan miskin atau kaya. Doa seakan-akan mengalir bagaikan
aliran darah di dalam tubuh setiap pribadi manusia (Moi 2008: 9). Demikianlah
doa tidak bisa lepas dari setiap detik di dalam kehidupan manusia. Manusia
selalu membutuhkan doa ibarat suplemen yang berguna sebagai penyehat jiwa.
Pada
umumnya doa telah banyak didefinisikan dalam beberapa arti dan setiap orang
juga dapat mendefinisikan arti doa berdasarkan pengalaman hidupnya
masing-masing, seperti “ungkapan jiwa”, “suara hati”, “waktu hening” dan lain
sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa arti doa tidak cukup dijabarkan dengan
beragam definisi. Akan tetapi, tetap saja doa sangatlah penting dan memang
benar-benar dibutuhkan oleh setiap pribadi manusia. Menurut Gereja Katolik doa
adalah pengangkatan jiwa kepada Allah, atau permohonan kepada Allah untuk
hal-hal baik yang sesuai dengan kehendak-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah
yang datang menjumpai manusia. Doa Kristiani adalah relasi personal dan hidup
anak-anak Allah dengan Bapa mereka yang mahabaik, dengan Putra-Nya Yesus
Kristus, dan dengan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka (Kompendium KGK, no.
534). Berkaitan dengan relasi, seperti kasih merupakan suatu relasi, perjumpaan
dan pertemuan pribadi dengan seseorang, demikian juga doa. Doa merupakan suatu
relasi, perjumpaan dan pertemuan dengan Pribadi lain, yakni dengan Allah. Kalau
hubungan kita dengan Allah baik, maka doa kita akan mendalam dan hidup kita
menjadi lebih bermakna (Pai 2007: 13).
Kemudian
mengapa seseorang membutuhkan hidup doa? Pada dasarnya, seperti halnya
raga-jasmani membutuhkan sari-sari makanan, sinar matahari, dan latihan
terus-menerus setiap saat supaya dapat hidup, demikian pula dengan jiwa rohani.
Jiwa atau kehidupan rohani kita pun membutuhkan sari-sari makanan, sinar dan
latihan-latihan yang bersifat rohani secara terus-menerus supaya dapat hidup
dan berkembang. Tanpa sari-sari makanan, sinar dan latihan rohani itu, jiwa
kita tak akan bergairah dan tak dapat berkembang (Harold Kushner dalam Moi
2008: 17). Dengan demikian, sebenarnya secara tidak langsung setiap manusia
tanpa terkecuali membutuhkan yang namanya hidup doa. Tanpa sari-sari makanan
dari Tuhan, pancaran sinar cinta kasih-Nya dan latihan rohani secara
terus-menerus, hidup rohani manusia akan terasa kering, hampa, tidak bergairah
dan seakan-akan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh karena itu, doa mengingatkan
kita akan kebenaran bahwa Allah adalah Allah yang penuh dengan belas kasih yang
mana kita bisa menyampaikan permohonan-permohonan kita kepada-Nya dan
didengarkan: “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu”
(Yoh 16: 24).
Sumber
Pustaka:
Moi,
Alberto A. Djono. 2008. MENIMBA KEKUATAN
DOA. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Pai,
Rex A. 2007. Harta Karun dalam Doa.
Yogyakarta: KANISIUS.
Paska,
Paskalis Edwin Nyoman (pntrj). 2001. Kompendium
(Ikhtisar) KATEKISMUS GEREJA KATOLIK. Malang: DIOMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar