Sabtu, 04 Januari 2014

DOA SEBUAH AYUNAN HATI


Oleh: Angga Nofianto


“Bagiku doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah kegembiraan”
(Santa Teresia dari Anak Yesus)

            Berbicara tentang doa, pasti akan terlintas di pikiran kita tentang apa sebenarnya doa itu? Dan mengapa seseorang membutuhkan yang namanya hidup doa? Orang-orang selalu berdoa dalam suasana apa pun. Mereka selalu berdoa tatkala berada dalam suasana bahagia atau pun sedih, tertimpa masalah atau perayaan/pesta, pada saat kelahiran atau saat kematian, selama peperangan atau damai, di dalam mobil atau di dalam Gereja, dalam keadaan miskin atau kaya. Doa seakan-akan mengalir bagaikan aliran darah di dalam tubuh setiap pribadi manusia (Moi 2008: 9). Demikianlah doa tidak bisa lepas dari setiap detik di dalam kehidupan manusia. Manusia selalu membutuhkan doa ibarat suplemen yang berguna sebagai penyehat jiwa.
            Pada umumnya doa telah banyak didefinisikan dalam beberapa arti dan setiap orang juga dapat mendefinisikan arti doa berdasarkan pengalaman hidupnya masing-masing, seperti “ungkapan jiwa”, “suara hati”, “waktu hening” dan lain sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa arti doa tidak cukup dijabarkan dengan beragam definisi. Akan tetapi, tetap saja doa sangatlah penting dan memang benar-benar dibutuhkan oleh setiap pribadi manusia. Menurut Gereja Katolik doa adalah pengangkatan jiwa kepada Allah, atau permohonan kepada Allah untuk hal-hal baik yang sesuai dengan kehendak-Nya. Doa selalu merupakan rahmat Allah yang datang menjumpai manusia. Doa Kristiani adalah relasi personal dan hidup anak-anak Allah dengan Bapa mereka yang mahabaik, dengan Putra-Nya Yesus Kristus, dan dengan Roh Kudus yang tinggal dalam hati mereka (Kompendium KGK, no. 534). Berkaitan dengan relasi, seperti kasih merupakan suatu relasi, perjumpaan dan pertemuan pribadi dengan seseorang, demikian juga doa. Doa merupakan suatu relasi, perjumpaan dan pertemuan dengan Pribadi lain, yakni dengan Allah. Kalau hubungan kita dengan Allah baik, maka doa kita akan mendalam dan hidup kita menjadi lebih bermakna (Pai 2007: 13).
            Kemudian mengapa seseorang membutuhkan hidup doa? Pada dasarnya, seperti halnya raga-jasmani membutuhkan sari-sari makanan, sinar matahari, dan latihan terus-menerus setiap saat supaya dapat hidup, demikian pula dengan jiwa rohani. Jiwa atau kehidupan rohani kita pun membutuhkan sari-sari makanan, sinar dan latihan-latihan yang bersifat rohani secara terus-menerus supaya dapat hidup dan berkembang. Tanpa sari-sari makanan, sinar dan latihan rohani itu, jiwa kita tak akan bergairah dan tak dapat berkembang (Harold Kushner dalam Moi 2008: 17). Dengan demikian, sebenarnya secara tidak langsung setiap manusia tanpa terkecuali membutuhkan yang namanya hidup doa. Tanpa sari-sari makanan dari Tuhan, pancaran sinar cinta kasih-Nya dan latihan rohani secara terus-menerus, hidup rohani manusia akan terasa kering, hampa, tidak bergairah dan seakan-akan tidak memiliki arti apa-apa. Oleh karena itu, doa mengingatkan kita akan kebenaran bahwa Allah adalah Allah yang penuh dengan belas kasih yang mana kita bisa menyampaikan permohonan-permohonan kita kepada-Nya dan didengarkan: “Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamu” (Yoh 16: 24).

Sumber Pustaka:

Moi, Alberto A. Djono. 2008. MENIMBA KEKUATAN DOA. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Pai, Rex A. 2007. Harta Karun dalam Doa. Yogyakarta: KANISIUS.
Paska, Paskalis Edwin Nyoman (pntrj). 2001. Kompendium (Ikhtisar) KATEKISMUS GEREJA KATOLIK. Malang: DIOMA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar