(PERSPEKTIF
FILSAFAT MIRCEA ELIADE)
Baca Selengkapnya . .
Oleh: Nikolaus Ena
Abstraksi
Gunung Kawi (halomalang.com) |
Gunung Kawi tidak hanya
sebagai obyek wisata, tetapi juga sebagai tempat peziarahan dengan melakukan
ritual di pasarean atau makam Mbah Jugo
dan Mbah Imam Sujono. Pesugihan Gunung Kawi merupakan suatu tradisi kepercayaan
kuno yang berkembang hingga sekarang. Banyak orang percaya ketika mengadakan
ritual di tempat ini akan memperoleh berkat pesugihan atau kekayaan (ngalap berkat). Rasa sugesti
orang-orang yang berkunjung ke tempat ini merupakan landasan yang menjadi
stigma yang dominan dan sangat melekat.
Berdasarkan konsep ini maka menarik perhatian publik, sehingga orang
berbondong-bondong berziarah ke Gunung Kawi terutama berasal dari etnis
Tionghoa. Doa dan ritual ini dilakukan pada tiap malam Jumat Legi dan satu Suro (Muharam).
Tempat pesugihan Gunung Kawi itu memang unik. Bila keunikan ini dihubungkan
dengan keyakinan memang sulit dijelaskan. Namun mitos pesugihan Gunung Kawi ini
diyakini oleh banyak orang, bahkan telah menjadi suatu culture masyarakat Malang dan sekitarnya. Tulisan ini ditinjau dari perspektif filsafaf
Mircea Eliade untuk mengungkapkan fenomena di balik mitos pesugihan Gunung
Kawi.
Kata kunci: Gunung Kawi, pesugihan, ritual,
Mbah Jugo, Mbah Imam Sujono, etnis Tionghoa, Jumat Legi, Satu Suro (Muharam),
filsafat Mircea Eliade.